dream

dream
menggapai mimpi

Jumat, 26 Agustus 2011

Generasi kita yang terbuang

Pendidikan merupakah sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan kita semua, namun Pendidikan belum menjadi Prioritas utama bagi sebagian orang, Mahalnya biaya pendidikan membuat banyak harapan anak - anak menjadi Pupus, Cita - cita mereka kandas di terjang oleh badai Ekonomi yang tak pernah berhenti." Jangankan untuk bersekolah sampai tinggi , untuk makan hari ini saja kita sudah bersyukur ". ucapan ini sangat sering di ucapkan oleh para orang tua yang telah putus asa , yang tak mampu lagi menyekolahkan anaknya. dan mulai detik itu pulalah Harapan , Impian, dan Cita - cita seorang anak itu telah musnah. Adakah yang peduli dengan mereka?, mungkin hanya segelintir orang yang peduli kepada anak - anak malang yang menghabiskan waktunya untuk mengamen di jalan, memulung sampah, dan bahkan menjadi pengemis. Mereka bekerja banting tulang demi sesuap nasi. Saat malam sebelum tidur mereka selalu meneteskan air mata berharap mereka bisa seperti anak - anak lain, mengenakan seragam, dan berjalan di koridor sekolah dengan senyuman.
Aku jadi teringat sebuah cerita Ibuku, saat itu  aku kelas 5 SD, saat itu sedang maraknya aksi - aksi penculikan anak - anak di kota - kota besar, dan teman satu kelasku sempat menjadi korban penculikan itu, sehingga orang tuaku , Ibuku tepatnya sangat protektif menjagaku, Ibuku selalu menungguiku di sekolah.
Karena sekolahku sangat ketat, orang tua tak boleh ikut menunggui anaknya di dalam area sekolah, Ibuku sering menungguku di Pos dekat sekolahku sambil berbincang - bincang dengan ibu - ibu yang lain.
Namun suatu hari ibuku hanya sendiri menunggu di pos, dia melihat seorang bocah kecil yang lusuh bocah itu memunguti gelas plastik yang berserakan di jalanan dekat Pos, Ibuku kasian pada anak itu dan memberikannya sedikit uang, namun anak itu menolak pemberian ibuku , dia berkata " Maaf bu saya bukan pengemis jadi saya tidak bisa menerima uang yang  ibu berikan " Ibuku langsung terdiam saat itu. " ambil saja ibu iklas " sahut ibuku , namun anak itu tetap menolak , dan pergi begitu saja.
Kata ibuku anak itu sebaya denganku.
Itu hanya satu dari seratus ribu anak yang kehilangan harapanya bersekolah , namun mereka tak pernah kehilangan semangat untuk meraih masa depan yang lebih baik,  mereka tetap bersungguh - sungguh meraih mimpi dan cita - cita mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar